h e h e h e

Minggu, 29 Mei 2011

Personal Hygiene

Definisi
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri seseorang untuk memelihara kesehatannya.Seseorang tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri dipengaruhi kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Oleh karena itu perlu bantuan orang lain.Peran perawat dalam personal hygiene adalah untuk mempertahankan atau membantu klien memelihara integritas kulit sehingga sel-sel kulit mendapat   nutrisi dan hidrasi yang diperlukan untuk menahan cedera dan penyakit.
Tujuan perawatan personal hygiene adalah
·         Menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel kulit yang mati dan bakteri
·         Menghilangkan bau badan yang berlebihan
·         Memelihara integritas permukaan kulit
·         Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah
·         Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien
·         Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit klien.
·         Meningkatkan percaya diri seseorang
·         Menciptakan keindahan
·         Meningkatkan derajat kesehatan sesorang
Prinsip dalam melakukan perawatan personal hygiene adalah
·         Gunakan komunikasi terapeutik selama perawatan hygiene
·         Selama dalam perawatan hygiene,Perawat dapat melakukan tindakan keperawatan yang lain, misalkan latihan gerak


Faktor – faktor yang mempengaruhi kebersihan diri
1.    Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang klien rapi sekali maka perawat mempertimbaagkan rincian kerapian ketika merencanakan keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan peraatan hygienis. Karena citra tubuh klien dapat berubah akibat pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.

2.    Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan kebersihan.

3.    Status sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Perawat hrus menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk ini merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social klien.
4.    Pengetahuan
Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.
5.    Variable kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di Negara-negara eropa, bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu.
6.    Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk yang berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.

7.    Kondisi fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi.

Anatomi dan fisiologi
Rongga mulut dilapisi dengan membran mukosa. Membra merupakan jaringan epitel yang melapisi dan melindungi organ ,mensekresi mukus untuk menjaga jalan saluran sistem pencernaan dan mengabsorbsi nutrien.
            Mulut atau bukal rongga yang terdiri dari bibir sekitar pembukaan mulut , leher sepanjang sisi dinding rongga,lidah serta otonya, langi-langit mulut bagian depan dan belakang yang mebentuk akar rongga.
            .
Kelainan / Patofisiolologi gigi dan mulut
Mulut merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi perkembangan bakteri. Bila tidak dibersihkan dengan sempurna, sisa makanan yang terselip bersama bakteri akan tetap melekat pada gigi kita dan akan bertambah banyak dan membentuk koloni yang disebut plak, yaitu lapisan film tipis, lengket dan tidak berwarna. Plak merupakan tempat pertumbuhan ideal bagi bakteri yang dapat memproduksi asam. Jika tidak disingkirkan dengan melakukan penyikatan gigi, asam tersebut akhirnya akan menghancurkan email gigi dan akhirnya menyebabkan gigi berlubang
            Selain itu plak ini juga berpengaruh terhadap kesehatan jaringan pendukung gigi seperti gusi dan tulang pendukungnya. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang menempel pada plak di atas permukaan gigi dan di atas garis gusi. Kuman-kuman pada plak menghasilkan racun yang merangsang gusi sehingga terjadi radang gusi, dan gusi menjadi mudah berdarah.
            Bila dibiarkan, keadaan ini dapat menjadi lebih buruk dengan bergeraknya gusi dari perlekatannya dengan gigi, sehingga mempengaruhi tulang pendukung dan ligamen (jaringan pengikat) sekitarnya dan menyebabkan tanggalnya gigi.
      Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya, dan didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Pada kondisi normal, dari gigi dan mulut yang sehat ini tidak tercium bau tak sedap.Kondisi ini hanya dapat dicapai dengan perawatan yang tepat. Namun, oleh karena berbagai faktor (misalnya biaya dokter gigi yang relatif lebih mahal daripada dokter umum) kesehatan gigi seringkali tidak menjadi prioritas. Kita hanya pergi ke dokter gigi kalau keadaan gigi sudah parah dan rasa sakit tidak tertahankan lagi
      Padahal, gigi yang sudah dalam keadaan terinfeksi berat dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Selain itu, gigi yang tidak terawat juga menyebabkan nafas tidak segar yang ujung-ujungnya bisa menghambat pergaulan. Karena itulah, sebagai remaja (apalagi yang sedang melakukan pendekatan pada pujaan hati) kita harus tahu seluk beluk perawatan mulut dan gigi.
Beberapa gangguan yang terjadi pada gigi dan mulut :
·         Bau mulut
Selain rasa sakit, akibat paling nyata dari buruknya kondisi mulut dan gigi adalah bau mulut. Bau mulut sendiri dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya disebabkan oleh penyakit sistemik yang merupakan tanda-tanda adanya masalah kesehatan lain, seperti diabetes melitus, kelainan pada saluran pencernaan atau pernafasan, penyakit-penyakit pada kerongkongan
      Sedangkan faktor eksternal disebabkan oleh jenis makanan yang dimakan seperti pengaruh minuman kopi, alkohol, makanan berbumbu bawang putih atau bawang merah, faktor pembersihan gigi yang tidak optimal, dan kebiasaan merokok.
      Mulut yang kering karena kurang minum air juga merupakan kontributor penyebab masalah bau mulut. Karena itulah, ketika bangun tidur di pagi hari bau mulut kita juga kurang sedap, yang segera hilang setelah kita sikat gigi dan minum air.
·         Akibat lain dari gigi tidak terawat
Walaupun amat jarang terjadi, penyakit gigi terkadang dapat juga menyebabkan kematian. Gigi berlubang yang didiamkan dan tidak dirawat akan menjadi sumber infeksi dan dapat mempengaruhi kondisi organ lainnya
      Bakteri dari gigi berlubang dapat terus menembus jaringan lebih dalam yang disebut pulpa gigi yang terdiri dari jaringan syaraf, pembuluh darah dan limfe. Bakteri kemudian menghancurkan seluruh pulpa, terkadang sampai tidak ada lagi jaringan pulpa yang masih hidup.
      Keadaan ini memungkinkan terjadinya pembengkakan pada ujung akar berbentuk kantung yang disebut granuloma. Granuloma mengandung jaringan lunak, bakteri, nanah dan lain sebagainya, yang dapat tertekan dalam aliran darah sehingga terbawa ke bagian lain dari tubuh. Selain aliran darah, penyebaran bakteri atau nanah ini dapat juga melalui saluran limfe, hubungan langsung dengan saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
      Penyebaran bakteri ke daerah lain juga dapat menimbulkan penyakit seperti misalnya pada mata, hidung, jantung, persendian, sakit, penyakit pada saluran pencernaan. Keadaan ini disebut sebagai infeksi fokal.
.
·         Dua tipe masalah besar adalah karies gigi (lubang) dan penyakit periodontal (pyorrhea). Karies gigi merupakan masalah mulut paling umum dari orang muda. Perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium. Kekurangan kalsium adalah hasil dari akumulasi musin, karbohidrat, basilus asam laktat pada asaliva yang secara normal ditemukan pada mulut, yang membentuk lapisan gigi yang disebut plak. Plak adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala gigi pada margin gusi. Plak mencegah dilusi asam normal dan netralisasi, yang mencegh disolusi bakteri pada rongga mulut. Asam akhirnya merusak gigi dan email, pada kasus yang berat, merusak pulpa atau jaringan spon dalam gigi. Lubang pertama kali mulai sebagai diskolorasi pengapuran putih dari gigi. Selanjutnya dengan berkembangnya lubang, gigi menjadi kecoklatan atau kehitaman.
·         Halitosis (bau nafas) merupakan masalah umum. Hal ini akibat hygiene mulut yang buruk, memasukkan makanan tertentu, atau proses infeksi atau penyakit. Hygiene mulut yang tepat mengeliminasi bau, kecuali penyebabnya adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes.
·         Perawat seringkali menghadapi keilosis  pada klien. Gangguan termasuk bibir yang retak, terutama pada sudut mulut. Defisiensi riboflavin, nafas mulut, dan saliva yang berlebihan dapat menyebabkan keilosis., pemberian minyak pada bibir mempertahankan kelembaban, dan salep antijamur atau antibakteri memperkecil perkembangan mikroorganisme.
·         Gejala penyakit periodontal meliputi gusi yang berdaiah; bengkak, jaringan yang radang; garis gusi yang menyusut, dengan pembentukan celah atau kantong antara gusi dan gigi dan kehilangan gigi tiba-tiba. Jika perawatan mulut yang tepat tidak dipertahankan, maka bekteri mati, disebut tartar yang mengumpul disepanjang garis gusi. Tartar menyerang gusi dan serat yang menempel pada gigi, akibatnya kehilangan gigi. Tindakan preventif paling baik adalah pembersihan dengan flossing dan gosok gigi yang teratur.

·         MASALAH MULUT LAIN
Stomatitis  adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi, seperti tembakau; defisiensi vitamin; infeksi oleh bakyeri, virus, atau jamur; atau penggunaan obat kemoterapi. Glositis adalah peradangan lidah hasil karena penyakit infeksi atau cidera, seperti luka bakar atau gigitan. Gengikitis adalah peradangan gusi, biasanya karena higiene mulut yang buruk atau terjadi tanda leukimia, defisiensi vitamin, atau diabetes melitus. Perawatan mulut khusus merupakan keharusan apabila klien memiliki masalah oral ini. Perubahan mukosa mulut yang berhubungan dengan mudah mengarah kepada malnutrisi, yang merupakan perhatian utama bagi klien yang memiliki kanker (Griefzu, Radjeski, Winnick, 1990).
     
Nursing proses
A. Pengkajian
Pengkajian perawat tentang bibir,gigi,mukosa buccal,gusi,langit-langit,dan lidah klien.   Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna,hidrasi,tekstur,dan lukannya. Klien yang tidak mengikuti praktik hygiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi,gusiyang meradang,gigi yang hitam (khususnya sepanjang margin gusi),karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis. Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala umum dari penyakit gusi atau gangguan gigi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan organisme seperti treponeme pallidum, neisseria gonorrhoeae, dan hominis virus herpes. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi,sangat penting mungumpulkan data dasr mengenai keadaan rongga mult klien. Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk perwatan preventif bagi klien saat mereka melewati pengobatan ( Greifzu Radjeski, Winnick, 1990).


Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan aktual atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dapat merefleksikan masalah atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukkan kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena defisit perawatan-diri. Identifikai diagnosa yang akurat memerlukan seleksi faktor yang berhubungan yang menyebabkan masalah klien. Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi, misalnya, akan memerlukan intervensi berbeda dari pada kerusakan mukosa akibat penempatan selang andotrakea.

     B.Perencanaan
Menyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan higiene mulut termasuk mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan kemampuan fisik klien. Perawatan harus membina hubungan yang baik dengan klien untuk membantu praktik higiene mulut. Beberapa klien sanat sensitif tentang kondisi mulut mereka dan enggan membiarkan orang lain merawat. Dalam banyak kasus, klien (seperti yang terkena diabetes dan kanker ) juga tidak sadar bahwamereka berisiko penyakit gigi dan periodontal dan karenanya memerlukan pendidikan ekstensif. Klien yang mengalami perubahan mukosa akan memerlukan perawatan jangka panjang. Hasil tidak dapat terlihat untuk beberapa hari atau minggu. Keluarga dapat memainkan peranan penting dalam pembelajaran bagaimana untuk memeriksa rongga mulut klien terhadap perubahan dan memberikan higiene mulut meliputi sebagai berikut :
  1. Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik.
  2. Klien mampu melakukan sendiri perawatan higiene- mulut dengan benar.
  3. Klien akan mencapai rasa nyaman .
  4. klien akan memahami praktik higiene-mulut.
C. Implementasi
Higiene mulut yang baik termasuk kabersihan, kenyaman, dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang seringkali tidak menerima perawatan agresif yang mereka butuhkan. Perwatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari. Frekuensi tindakan higiene bergantung pada rongga mulut klien.
http://www.kreasimahasiswa.page.tl/KEPERAWATAN-DASAR-_I.htm                  

Pelatihan Basic Cardiac and Trauma Life Support

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU
(SPGDT)
Pelaksanaan SPGDT
A.    Sistem Pelayanan Medik Pra Rumah Sakit
1.PSC (Publik Safety Centre)
Didirikan oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Terdiri dari berbagai unsur, meliputi unsure kesehatn, pemadam kebakaran, kepolisian, serta masyarakat yang berperan dalam upaya pertolongan bagi masyarakat.
2. BSB (Brigade Siap Berencana)
Unit khusus yang disiapkan dalam penanganan kegiatan pra rumah sakit. Terdiri dari jajaran kesehatan, petugas medic, dan petugas non medic.
3. Pelayanan Ambulance
Kegiatan pelayanan terpadu dalam satu koordinasi dengan memberdayakan ambulance milik puskesmas, Rumah Sakit maupun institusi.
4. Komunikasi
Terdiri dari penyampaian informasi, jarring koordinasi dan jarring pelayanan gawat darurat.
5. Pembinaan
Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan bagi tenaga medis maupun awam khusus
6. Koordinasi dan Komando
Dalam keadaan bencana diperlukan kegiatan yang melibatkan unit-unit lintas sector. Akan lebih efektif dan efisien bila berada dalam satu koordinasi
7. Eskalasi dan Mobilisasi Sumber Daya

8. Simulasi
Setelah dilakukan pembinaan, akan lebih baik lagi jika dilakukan simulasi di lapangan agar dapat mengimplementasikan pada kenyataan.
9. Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi
Dalam penanganan bencana, harus dilaporkan dengan sistematika tertentu sehingga dapat dimonitoring maupun evaluasi keberhasilannya.
B.     Sistem Pelayanan Medik di Rumah Sakit
1.Pelayanan Di UGD
Pelayanan pertama di rumah sakit bagi kasus gawat darurat.
2.Penunjang Diagnostik
Merupakan pendukung dalam penegakan diagnostic dalam kasus gawat darurat maupun sehari-hari.antara lain : farmakologi, radiologi, laboratorium dll.
3.Tranportasi Intra Rumah Sakit
Pendukung pelayanan gawat darurat yang memerlukan perhatian khusus. seperti: ICU, ICCU, kamar bersalin, kamar operrasi.
C.    Sistem Pelayanan Medik Antar Rumah Sakit
Rujukan dibuat berdasarkan kemampuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.


(Penilaian dan Pengelolaan Awal Penderita Gawat Darurat)

A.    Pengertian
            Initial assisment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita gawat darurat. Penilaian dilakukan berdasarkan prioritas kegawatan pada penderita berdasarkan adanya ganguan pada jalan nafas (Air way), pernafasan( Breathing), dan sirkulasi ( circulation).
B.     Komponen Initial Assesment
1.      Persiapan Penderita
Koordinasi yang baik antara dokter rumah sakit dan petugas lapangan akan sangat menguntungkan bagi penderita.
a.       Pra Rumah Sakit
Ø  Koordinasi dengan rumah sakit tujuan yang disesuaikan dengan kondisi penderita dan jenis perlukaan.
Ø  Penjagaan jalan nafas, control perdarahan dan imobilisasi penderita.
Ø  Koordinasi dengan petugas lapangan yang lain.
b.      Intra Rumah Sakit
Ø  Alat perlindungan diri.
Ø  Kesiapan perlengkapan dan ruangan untuk resusitasi.
Ø  Persiapan untuk tindakan resusitsi yang lebih komplek.
Ø  Persiapan untuk terapi definitive.


2.      Triase
Dalapangan triase didasarkan pada keadaan pasien meliputi Airway, Breathing, dan Circulation dan dibedakan menjadi 4 warna.
a.       Hijau               : untuk korban dengan luka ringan.
b.      Kuning            : untuk korban dengan luka sedang.
c.       Merah              : untuk korban dengan luka berat.
d.      Hitam              : untuk korban meninggal.
3.      Survey Primer
Pemeriksaan secara cepat tanda vital penderita dengan cedera berat dengan prioritas ABCDE. Fase ini harus dikerjakan dalam waktu singkat.
a.       A atau Airway
adalah mempertahankan jalan nafas.meliputi adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan adanya sumbatan benda asing, fraktur tulang wajah, lidah yang jatuh kebelakang dll.dapat dikerjakan secara manual atau dengan bantuan alat. Tindakan ini mungkain akan banyak memanipulai leher, sehingga harus diwaspadai adanya cedera cervical.
b.      B atau breathing
adalah menjaga pernafasan dapat berlangsung dengan baik. Setiap ped
nderita trauma berat memerlukan tambahan oksigen.
c.       C atau Circulation
Adalah mempertahankan sirkulasi bersama dengan tindakan untuk menghentikan perdaharan. Pengenalan tanda-tanda syok perdarahan dan pemberian cairan sangat penting untuk dilakukan.
d.      D atau Disability
Adalah pemeriksaan untuk mendapatkan kemungkinan adanya gangguan neurologis.
e.       E atau Environment
Adalahpemeriksaan pada seluruh tubuh penderita untuk mendapatkan tanda-tanda kegawatan yang lain.pemeriksaan penunjang dilakukan pada fase ini. Seperti foto rontgen, pemeriksaan laboratorium dan lain sebagainya.
4.      Survey Skunder
Adalah evaluasi ulang pada penderita terhadap tindakan yang telah dilakukan pada survey primer. Dimulai dengan anamnesa singkat serta evaluasi pada pemeriksaan penunjang.
5.      Terapy Definitive dan Rujukan.
Terapi ini pada umumnya merupakan porsi dari dokter spesialis. Sedangkan proses rujukan harus sudah dimulai saat alas an untuk merujuk ditemukan.


PENGELOLAAN JALAN NAFAS ( AIRWAY )

                  Pengelolaan jalan nafas atau airway merupakan prioritas utama menangani setiap pasien yang akan ditemui pada kasus gawat darurat.
A.    Kematian karena jalan nafas antara lain disebabkan oleh:
1.      Kegagalan dalam menangani jalan nafas yang tersumbat atau menilai pernafasan yang tidak adekuat..
2.      Keterlambatan  dalam menjaga jalan nafas dan membantu jalan nafas meskipun gangguan ini sudah diketahui.
3.      Adanya kesulitan teknis dalam menjaga jalan  nafas atu membantu ventilasi.
4.      Kegagalan dalam mengenali dan menangani aspirasi benda asing
B.     Penanganan gangguan jalan nafas.
1.      Sumbatan jalan nafas terjadi karena beberapa hal, antara lain:
a.       Trauma pada wajah.
b.      Fraktur mandibula.
c.       Perlukaan daerah leher
d.      Adanya cairan lambung, mutahan, darah, atau benda lain.
e.       Edema laring.
2.      Tanda-tanda objektif jalan nafas:
a.       Look.
Lihat apakah korban mengalami agitasi, tidak dapat berbicara, penurunan kesadaran.
b.      Listen.
Dengar adanya suara-suara abnormal.

c.       Feel.
Rasakan hembusan nafas dari mulut atau hidung penderita.
3.      Tehnik menjaga jalan nafas.
a.       Chin Lift Head Tilt.
Ø  Posisikan pasien dalam keadaan terlentang, letakkan satu tangan di dahi dan letakkan ujung jari yang laen di dahi pasien.
Ø  Tengadahkan kepala dengan menekan perlahan dahi pasien.
Ø  Gunakan jari untuk mengangkat dagu dan menyokong rahang bagian bawah.
Ø  Jangan biarkan mulut pasien tertutup. Dapat menggunakan ibu jari untuk menahan dagu supaya bibir bawah pasien tertarik kebelakang.
b.      Jaw thrust.
Ø  Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher, dan spinal pasien tetap dalam satu garis.
Ø  Ambil posisi diatas kepala pasien, letakkan lengan sejajar dengan permukaan pasien berbaring.
Ø  Perlahan letakkan tangan pada masing-masing sisi rahang bawah pasien, pada sudut rahang dibawah telinga.
Ø  Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah.
Ø  Dengan menggunakan jari telunjuk, tekan sudut rahang bawah pasien kearah depan. Mungkin juga akan membutuhkan mendorong kedepan bibi bagian bawah pasien dengan menggunakan ibu jari untuk mempertahankan mulut tetap terbuka.
Ø  Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien.
4.      Alat Bantu Jalan Nafas.
a.       Pipa Orofaring.
b.      Pipa Nasofaring.
c.       Suction.
5.      Tehnik Mengeluarkan Benda Asing.
a.       Sapuan jari.
Ø  Buka mulut korban diantara ibu jari dan jari-jari lain, kemudian buka mulut dengan mendorong rahang kebawah.
Ø  Masukkan jari telunjuk tangan lain menelusuri bagian dalam pipi, jauh kedalam kerongkongan dibagian bawah lidah, kemudian lakukan gerakan mengkait untuk melepaskan benda asing. Hati-hati jangan sampai mendorong benda asing lebih jauh ke jalan nafas.
b.      Abdominal Thurst.
Ø  Untuk pasien sadar.
·         Buatlah genggaman dan tempatkan di area tepat di bawah sternum.
·         Lakukan penekanan kearah dalam atas menuju kepala dengan gerakan yang lembut dan cepat. Lakukan 5 kali dorongan.
Ø  Untuk pasien tak sadar.
·       Letakkan pasien pada posisi supine.
·       Berlutut dan kangkangi pasien setinggi paha menghadap ke paha.
·       Letakkan tumit tangan anda pada garis pertengahan abdomen sedikit diatas pusar dan dibawah sternum.
·       Letakkan tangan yang satunya diatas tangan yang diletakkan tadi, bahu tepat berada ditengah abdomen. Pastikan posisi daiatas garis tengah sehingga dorongan akan lurus keatas, buang miring kesamping.
·       Lakukan 5 kali dorongan cepat dengan menekan tangan anda kedalam dan mengarah ke diafragma pasien.
c.       Proserdur diatas berjalan efektif jika:
Ø  Pasien kembali mendapatkan pertukaran udara yang baik atau bernafas spontan.
Ø  Benda asing dikeluarkan dari mulut.
Ø  Menda asing dikeluarkan dari ronnga mulut sehingga dapat diambil oleh penolong.
Ø  Pasien tak sadar menjadi sadar.
Ø   Warna kulit pasien membaik.
6.      Pembebasan jalan nafas definitive.
a.       Needle Krikotiroidotomi.
b.      Intubasi Endotrakeal.

C.     Pernafasan ( Breathing).

Dewasa
Anak
Bayi
Kecepatan
12-20x/menit
15-30x/menit
25-50x/menit
Ritme
Teratur
teratur
teratur
Suara Nafas
Ada dan sama
Ada dan sama
Ada dan sama
Ekspansi Dada
Adekuat
Adekuat
Adekuat
Usaha
Minimal
Minimal
Minimal
Kedalaman
Adekuat
Adekuat
Adekuat

1.      Cara Pemberian Oksigen.
a.       Dengan Alat.
Udara Bebas

21%
Canul Hidung O2
2 liter/menit
24%
Canul Hidung O2
6liter/menit
44%
Face Mask (rebreathing)
6-10liter/menit
35-60%
Non Rebreathing Mask
10-12liter/menit
80-90%

b.      Pernafasan Buatan.
Ø  Mouth to Mouth Ventilation.
Dengan cara ini di dapat konsetrasi O2 sebesar 18%.
Frekuensi Vestilasi Buatan.
Dewasa
10-12x/menit
Anak
20x/menit
Bayi
20x/menit

Ø  Mouth to Mask Ventilation.
Bila dipasang saluran oksigen pada sisi face mask, maka konsentrasi oksigen dapat dicapai sampai 55%.
Ø  Bag Valve Mask Ventilation (BVM).
Konsentrasi O2 pada pemakaian BVM.
Tanpa O2 tambahan
21%
Dengan tambahan O2
50%
Dengan pemasangan reservoir
100%
             

Bantuan Hidup Dasar
(BHD)
A.    Pengertian.
Adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menolong korban yang dalam keadaan nyawanya terancam.

B.    Komponen BHD.
1.      Airway control.
2.      Breathing support.
3.      Circulation support.

C.    Langkah-langkah BHD
1.      Aman diri.
2.      Kaji respon ( panggil, goncangan lembut, rangsang nyeri ).
3.      Aktifkan sistem EMS ( call for help ).
4.      Buka jalan nafas ( Head tilt-chin lift / jaw thrust )
5.      Keluarkan benda asing yang ada di dalam mulut ( cross fingeres, fingeres sweep).
6.      Periksa nafas ( look, listen, feel) maksimal 10 detik.
7.      Berikan 2 kali nafas bantuan ( kaji adanya pengembangan dada).
8.      Periksa nadi karotis ( maksimal 10 detik)
9.      Mencari titik kompresi.
10.  Letakkan 1 tangan pada titik tersebut, tangan yang lain letakkan daitasnya dengan posisi jari-jari bertautan.
11.  Lakukan kompresi 30 x, 100x/menit teratur, diikuti dengan bantuan nafas 2 kali.
12.  Kompresi dada dan bantuan nafas dilakukan selama 5 siklus.
13.  Setelah 5 siklus CPR, periksa nadi karotis.
14.  Korban pulih, lakukan sekunder survey.
15.  Berikan posisi recovery atau posisi pemulihan, bila tidak ada kontra indikasi.


RESUSITASI JANTUNG DAN PARU (RJP)
           
            Pada saat nafas dan detak jantung berhenti, kematian klinis terjadi. Keadaan ini mungkin dapat dipulihkan melalui tehnik Resusitasi Jantung Paru dan peralatan lain. Namun dalam waktu 10 menit setelah kematian klinis jika tidak dilakukan bantuan maka sel otak akan mati dan terjadi kematian biologis yang tidak dapat dipulihkan kembali. Kenyataannya, sel otak akan mulai rusak setelah 4 sampai 6 menit tanpa survey oksigen segar dari udara yang dihirup dan dibawa ke otak melalui sirkulasi darah.
A.    Pemberian kompresi darah.
1.      Jongkok disebelah dada korban, letakkan telapak tangan (telapak lainnya mengunci diatasnya) pada pertengahan sternum 1-2 cm diatas epigastrium.
2.      Luruskan tangan dan kunci siku. Tidak boleh menekuk ketika memberikan atau melepaskan kompresi.
3.      Pastikan bahu tepat diatas tangan ( tepat diatas sternum penderita ). Hal ini akan memungkinkan untuk memberikan kompresi lurus ke bawah lokasi. Jaga lutu tetap dilantai atau ditanah.
4.      Berikan kompresi secara tegak lurus dengan tenaga yang cukup untuk menurunkan sternum pada orang dewasa yaitu 4-5 cm dengan kecepatan 100x/menit.
5.      Lepaskan tekanan pada sternum penderita sepenuhnya namun jangan tekuk lutut dan jangan angkat tangan dari sternum karena dapat menyebabkan kehilanagn posisi tangan yang tepat.

B.     RJP dikatakan efektif.
1.      Konstriksi pupil.
2.      Perbaikan warna kulit.
3.      Detak jantung kembali secara spontan.
4.      Pernafasan spontan terjadi.
5.      Pergalakan lengan dan tungkai.
6.      Usaha untuk menelan.
7.      Kesadaran pulih.

C.     RJP dapat dihentikan sementara jika :
1.      Memindahkan pasien ke tandu.
2.      Memindahkan penderita menuruni tangga atau melalui jalan sempit.
3.      Memindahkan penderita kea tau dari ambulan.
4.      Melakukan suction untuk membersihkan mutahan atau obstruksi jalan nafas.
5.      Memulai melakukan tindakan defibrilasi atau bantuan hidup jantung lanjutan.


SYOK PERDARAHAN

            Syok adalah suatu keadaan di mana oksigenasi jaringan dan perfusi jaringan tidak adekuat yang di sebabkan karena adanya gangguan sirkulasi. Akibat syok adalah terjadinya gangguan fungsi organ yang pada ahkirnya dapat menimbulkan kematian apabiola tidak segera ditanggulangi. Sistem sirkulasi atau kardio vaskuler bertanggung jawab untuk mendistribusikan darah ke seluruh bagian tubuh. Sistem ini mempunyai tiga komponen utama : jantung, pembuluh darah , dan darah yang mengalir di dalamnya.

A.    Kompensasi tubuh terhadap kehilangan darah
1.      Tingkat kesadaran
Otak sangat sensitif terhadap penurunan suplai oksigen. Jika otak mengalami kekurangan oksigen, walaupun sedikit perubahan mental dan perilaku mungkin dapat diliihat. Perubahan itu antara lain kecemasan, gelisah, atau apatis.
2.      Warna Kulit
Ketika tubuh mengetahui penurunan volume darah, mekanisme alami mencoba untuk memperbaiki masalah. Salah satu mekanismenya adalah mengalihkan darah dari area non vital ke organ vital seperti jantung dan otak, sehingga organ non vital tersebut berubah menjadi pucat keabu-abuan.
3.      Nadi
Nadi cepat dan kecil, hal ini merupakan kompensasi untuk mengatur pengembalian darah dengan mempercepat kontraksi atau jantung. Respirasi juga meningkatkan usaha untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
           

B.     Klasifikasi Syok
Derajat
Syok
I
II
II
IV
Darah
Hilang
<750 cc
750–1500 cc
1500-
2000 cc
>2000 cc
Nadi
<100
>100
>120
>140
Tekanan
Darah
N
N
Tekanan
Nadi
N
Respirasi
14-20
20-30
30-40
>35
Produksi
Urin
>30
20-30
5-15
Tak ada
Kesadaran
Agak Gelisah
gelisah
Gelisah dan
bingung
Bingung dan
Letargi
Cairan
Pengganti
kristaloid
kristaloid
Kristaloid dan darah
Kristaloid dan darah


TRAUMA KEPALA

Trauma kepala merupakan kejadian yang sangat sering dijumpai. Lebih dari 50% penderita trauma adalah penderita trauma kepala.

A.    Klasifikasi Cedera Kepala
Mekanisme
Tumpul
Ø  Kecepatan tinggi
Ø  Kecepatan rendah
tembus
Ø  Cedera Peluru
Ø  Cedera tembus lain
Beratnya
Ringan
Ø  GCS 14-15
Sedang
Ø  GCS 9-13
Berat
Ø  GCS 3-8
morfologi
Fraktur
Tengkorak
Kalvaria
Ø  Garis bintang
Ø  Depresi-non depresi
Ø  Terbuka-tertutup
Dasar Tengkorak
Ø  Dengan / tanpa kebocoran CSS
Ø  Dengan / tanpa parese N VII
Lesi
Intrakranial
Fokal
Ø  Epidural
Ø  Subdural
Ø  Intraserebral
Difus
Ø  Komosio ringan
Ø  Komosio klasik
Ø  Cedera akson difus


B.     Penilaian Glasglow Coma Scale ( GCS )
Jenis Pemeriksaan
Nilai
Respon Buka Mata ( Eye Opening / E )
Ø  Spontan
Ø  Terhadap suara
Ø  Terhadap nyeri
Ø  Tidak ada respon

4
3
2
1
Respon Motorik ( M )
Ø  Ikut perintah
Ø  Melokalisir nyeri
Ø  Fleksi normal ( menarik anggota tubuh di rangsang )
Ø  Fleksi abnormal ( dekortikasi )
Ø  Ekstensi abnormal ( deserebrasi )
Ø  Tidak ada respon

6
5
4
3
2
1
Respon Verbal ( V )
Ø  Berorientasi baik
Ø  Bicara kacau ( bingung )
Ø  Kata-kata tidak teratur
Ø  Suara tidak jelas
Ø  Tidak ada respon

5
4
3
2
1

Penurunan kesadaran dapat di nilai dengan table di atas :
GCS = E + M + V
CKB          : GCS 3-8
CKS          : GCS 9-13
CKR          : GCS 14-15

TRAUMA THORAX

Ada beberapa trauma thorak yang dapat mengancam jiwa. Antara lain :
A.    Open Pneumothorak
Dapat timbul karena trauma benda tajam. Sehingga ada hubungan udara luar dengan rongga pleura. Yang harus dilakukan adalah menutup dengan kassa 3 sisi. Kasa ditutupkan dan diplester pada ke-3 sisinya dan sisi yang di atas dibiarkan terbuka ( kassa harus dilapisi soffratule pada sisi dalamnya ).

B.     Tension Pneumothorak
Ditandai dengan gejala sesak napas, takikardi, hipotensi, hilangnyasuara napas pada satu sisi. TP dapat timbul dari komplikasi Open Pneumothorak karena penggunaan pembalut yang salah. Maka yang harus dilakukan adalah segera membuka kassa ataupun dengan tindakan “needle thorakosintesis”.

C.     Hematothorak
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Tindakan sama dengan pada Tension Pneumothorak.

D.    Fail Chest
Terjadi pada saat segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada akibat adanya fraktur multiple iga. Tindakan pertama adalah dengan blok kassa.


TRAUMA ABDOMEN

A.    Organ-organ dalam abdomen
1.      Usus
2.      Gaster                                                       
3.      Hepar
4.      Limpa
5.      Ginjal
6.      Ureter
7.      Pankreas
8.      Vesica Urinaria
9.      Uterus

B.     Jenis-jenis Trauma Abdomen
1.      Trauma Tumpul
Trauma tumpul ini mengakibatkan rusaknya organ berongga ataupun organ padat sehingga menyebabkan rupture dengan perdarahan.
2.      Trauma Tajam
Selalu mengakibatkan terpotongnya jaringan organ abdomen.

C.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Lingkar perut yang bertambah
2.      Rontgen

D.    Tanda dan Gejala
1.      Anemis, timbul tanda dan gejala shock perdarahan
2.      Nyeri tekan
3.      Bising usus menurun
4.      Kekakuan otot
5.      Hematuri

NB :
1.      Apabila ditemukan organ yang menonjol keluar, cukup ditutup dengan kassa steril yang lembab.
2.      Jika ada benda yang menancap jangan tetapi dilakukan fiksasi.


LUKA BAKAR

A.    Penyebab
1.      Suhu panas
2.      Suhu dingin
3.      Listrik
4.      Zat kimia
5.      Laser

B.     Derajat
1.      I     à kerusakan hanya terjadi pada lapisan epidermis
     Ditandai dengan eritema dan sedikit edema pada luka
2.      II    à kerusakan sampai pada lapisan dermis
     Biasanya timbul bula atau vesikula
3.      III  à kerusakan sampai pada hypodermis
     Luka kering, pucat, dan gelap

C.     % Luka Bakar
Rule of  nine

D.    Penanganan Pre Hospital
1.      Stop, Drop, Roll
2.      Rendam dalam air dingin

E.     Pemberian Cairan
4 cc x kg BB x % luka bakar
v  8 jam pertama diberikan setengah dari kebutuhan
v  8 jam berikutnya diberikan sisanya

F.      Perawatan Luka Bakar
1.      Derajat 1
Tidak perlu adanya perawatan khusus
2.      Derajat 2
v  Bersihkan luka dengan larutan NaCl yang sudah ditambahkan dengan Savlon
v  Perbandingan NaCl : Savlon adalah 500 : 5
v  Tutup permukaan luka dengan tulle
v  Balut luka dengan kassa steril tebal
v  Biarkan selama 1 minggu atau menurut advis dokter
3.      Derajat 3
v  Bersihkan dengan campuran NaCl dan Savlon dengan perbandingan      500 : 5
v  Oleskan salep silversulfadizin
v  Balut luka dengan kassa steril
v  Lakukan debridement tiaphari


TRAUMA MUSKULOSKELETAL

Yang paling utama dalam fraktur adalah pembidaian atau spalk.

A.    Syarat bidai
1.      Lurus dan ringan
2.      Mengistirahatkan dua sendi
3.      Khusus untuk tulang belakang dengan LSB

B.     Prinsip pertolongan pada trauma musculoskeletal
1.      Jika pasien tidak stabil, jangan buang waktu dengan membidai. Rawat masalah yang mengancam hidup terlebih dahulu
2.      Sebelum pembidaian, buka area yang cedera dan atasi perdarahan jika ada
3.      Periksa dan catat denyut nadi distal, fungsi motoris dan sensoris sebelum dan setelah pembidaian
4.      Kembalikan ceedera tulang panjang ke posisi anatomi
5.      Jangan mencoba mendorong tulang yang menonjol kembali ke tempatnya
6.      Agar pambidaian efektif, bidai harus menjaga lokasi cedera dan antara dua sendi
7.      Jika memungkinkan bidai dilakukan sebelum pasien dipindahkan



HENTI JANTUNG

A.    Definisi Henti Jantung
Adalah suatu keadaan dimana tidak diketemukannya atau tidak terabanya denyut arteri carotis pada pemeriksaan.

B.     Tanda dan Gejala
1.      Apnoe, sianosis
2.      Denyut arteri besar tidak teraba
3.      Kehilangan kesadaran
4.      Dilatasi pupil

C.     Penanganan
1.      A
2.      B
3.      C
4.      DC Shock

D.    Gambaran EKG Henti Jantung
1.      Ventrikel Takikardi ( VT )
Ø  Tanpa gelombang P
Ø  QRS lebih lebar
Ø  Frekuensi di atas 100x/menit
2.      Ventrikel Fibrilasi ( VF )
Ø  Tanpa gelombang P
Ø  Ada gelombang QRS
Ø  Irama tidak teratur
3.      PEA
Ø  Tanpa gelombang P
Ø  Ada gelombang QRS
Ø  Frekuensi kurang dari 60x/menit
4.      Asistole
Ø  Gambaran EKG hanya garis lurus


DEFIBRILATOR

A.    Definisi Defibrilator
Adalah suatu alat yang dapat memberikan kejutan listrik dan diperuntukkan pada pasien dengan henti jantung.

B.     Tujuan
Membuat kontraksi jantung menjadi lebih baik.

C.     Indikasi
1.      Ventrikel takikardi
2.      Ventrikel fibrilasi

D.    Persiapan
1.      Defibrillator lengkap
2.      EKG monitor
3.      Jelly
4.      Alat pemberian Oksigen dan Oksigen
5.      Obat-obat jantung
6.      Peralatan intubasi

E.     Langkah-langkah Penggunaan Defibrilator
1.      Pastikan klinis penderita dengan gambaran EKG VT atau VF
2.      Siapkan peralatan, jika belum siap lakukan RJP dulu sampai alat siap
3.      Nyalakan power dan energy
Ø  Dewasa     : 360 j
Ø  Anak         : 4j
4.      Letakkan pedal I / APEC di bawah klavikula kanan, tepi sternum
5.      Pedal II / STERNUM di Intercostae V Midklavikula kiri
6.      Pastikan penolong tidak bersebtuhan langsung dengan pasien
7.      Tekan tombol shock dengan memberikan beban 10 kg kepada pedal yang ditempel ke pasien
8.      Analisa irama
F.      Hasil Akhir
1.      Dinyatakan berhasil apabila :
Ø  Nadi carotis mulai berdenyut
Ø  Pernapasan mulai spontan
Ø  Kulit yang pucat mulai memerah
2.      Dinyatakan gagal dan dihentikan resusitasinya apabila :
Ø  Pupil mata tetap melebar
Ø  Warna kulit tetap pucat
Ø  Tetap tidak sadar
Ø  Tindakan sudah berlangsung selama 30 menit
 

Regina Rere Mulyagan Copyright © 2010 | Designed by: Compartidisimo